15 Oktober 2008

Mengenal Tapak Dara

Tanaman ini tumbuh di sembarang tempat. Padahal, jika kita mau merawatnya, selain indah juga banyak khasiatnya, lho.
Sehari-harinya, tanaman tapak dara tak terlalu diperhatikan. Ia bisa tumbuh di tepian parit, tumbuh menggeliat tanpa aturan, atau ada pula yang tumbuh dipinggir jalan raya dengan kondisi apa adanya. Pokoknya, tumbuh liar, tanpa pemilik. Sungguh, kasihan si tapak dara itu.
Suatu saat, saya berkunjung ke rumah sahabat saya. Begitu masuk ke halaman rumahnya, saya kaget. Betapa indah penampilan tapak dara. Ditata rapi dalam pot, lalu diletakkan pada tempat yang pas: ada yang berjajar, ada pula yang berselang-seling dengan tanaman hias lain.

Saya semakin sadar, ketika saya perhatikan satu demi satu "harta karun" sekujur tubuh tapak dara. Bunganya muncul dari ketiak daun. Warna bunga ada yang putih, ada pula yang merah muda. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri. Tapak dara memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Buahnya berbentuk silindris, ujung lancip, berbulu, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
Kemudian batangnya berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan berambut sangat lebat. Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2 - 1 meter, dan mengandung getah. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.

Tampil Indah
Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) termasuk familia Apocynaceae. Di Malaysia orang menyebutnya "keminting cina" atau "rumput jala". Di Inggris diberi nama "perwinkle". Di Cina diberi nama "chang chun hua". Di Belanda dinamakan "soldaten bloem". Sedangkan di Indonesia memiliki beberapa nama daerah. Orang Jawa menyebutnya "kembang tapakdoro", orang Sunda "kembang tembaga", orang Sulawesi memanggilnya "sindapor". Sementara di Sumatera, ia di kenal dengan nama "kemunting cina" atau "tapak liman".
Tapak dara berasal dari benua Amerika, tetapi sekarang sudah menyebar ke segala penjuru. Bisa tumbuh baik mulai daratan rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Pada dasarnya, ia menyukai tempat-tempat yang terbuka, tapi tak menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula.
Bagi penggemar tanaman hias, tapak dara sering dihadirkan pada sebuah taman. Bukan saja sekedar melengkapi koleksi tanaman hias di sana, namun juga sengaja ditampilkan untuk menambah estetika taman itu. Selain itu, ada juga yang menanamnya di tanah perkarangan, atau di pot.
DITANAM DI MANA SAJA
Tapak dara biasanya diperbanyak dengan bijinya yang lembut. Caranya, sediakan biji-biji yang tua, lalu semaikan pada suatu tempat persemaian. Masukkan biji ke dalam tanah, lalu tutup dengan lapisan tanah setipis tebal bijinya. Rajinlah menyiram. Bila biji-biji mulai tumbuh, dan tingginya sudah mencapai sekitar 15 - 20 cm, silahkan dipindahkan ke tempat yang diinginkan.
Jika ingin ditanam dalam pot, tentu perlu disiapkan pot dan media tanamnya. Pot bisa dari tanah liat, semen, atau kaleng bekas. Media tanamnya berupa campuran tanah subur, kompos, dan pupuk kandang (2 : 1 : 1). Bibit langsung ditanam, dan setelah itu diletakkan di tempat teduh. Seminggu kemudian, ditempatkan di tempat terbuka.
Jika ingin ditanam di kebun pekarangan, perlu dibuat lubang tanah berukuran 15 x 151 x 15 cm, dengan jarak di antara lubang 50 cm. Tiap lubang diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 1,5 kg. Masukkan bibit ke dalam lubang, lalu timbun dengan tanah, dan siram.
Untuk perawatannya, tapak dara tidak menuntut perawatan khusus. Asal disiram dan diberi pupuk, sudah cukup. Pada awal pertumbuhan, gunakan pupuk yang kandungan nitrogennya tinggi, atau pupuk daun yang disemprotkan pada permukaan bawah daun di pagi hari. Kemudian, ketika tanaman mulai berbunga, untuk merangsang pembungaan, dapat digunakan pupuk yang memiliki kandungan fosfor tinggi. Nah, jika rajin merawat, tentulah dijamin tapak dara akan berbunga sepanjang tahun.

MENUMPAS KANKER PAYUDARA
Selain indah tampilannya, tapak dara juga menyimpan rahasia pengobatan alternatif. Hasil penelitian para pakar Kanada - Ely Lilly, Svoboda, dan Noble - serta laporan H. Sutarno dan Radjiman menunjukkan bahwa ada empat zat dalam tapak dara yang bisa dimanfaatkan:
Vinblasine, ternyata bisa dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit leukemia.
Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker payudara, dan tumor ganas lainnya.
Vindesine, dipakai dalam pengobatan leukemia pada anak-anak, dan penderita tumor pigmen.
Vinorelbine, seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan untuk mencegah pembelahan kelenjar.
Adapun resepnya sebagai berikut:
- Sediakan 22 helai daun tapak dara, kulit kayu pulasari (Alyxia reinwardti), dan buah adas (Foeniculum vulgare).
- Cuci bersih, lalu rebus dalam air bersih sebanyak 3 gelas.
- Tambahkan gula merah secukupnya, dan biarkan mendidih, hingga nantinya tinggal separuhnya.
- Setelah dingin, saring, lalu diminum. Lakukan sehari 3 kali, setiap kali minum sebanyak setengah gelas. Minum ah selama sebulan.
BANYAK KHASIATNYA
Selain kanker payudara, beberapa khasiat tapak dara untuk pengobatan antara lain:
- Anemia
Ambil empat putik bunga tapak dara, cuci, lalu rendam dalam segelas air. Sebaiknya perendaman dilakukan di luar rumah selama semalam. Lalu esoknya, saring, dan minum.
- Asma dan Bronkhitis
Gunakan sepotong bonggol akar tapak dara, lantas rebus dalam lima gelas air. Biarkan mendidih hingga tinggal setengahnya. Setelah dingin, saring, dan minum dua kali sehari.
- Batu ginjal
Ambil segenggam daun tapak dara, cuci bersih, lalu rebus dalam tiga gelas air sampai airnya tinggal setengah. Minumlah dua kali sehari.
- Bisul
Cuci segenggam daun tapak dara, lalu lumatkan. Sebelum ditempelkan pada bisul, sebaiknya permukaan bisul dibersihkan lebih dahulu.
- Diabetes
Kumpulkan 10 - 16 lembar daun tapak dara, lantas rebus dalam tiga gelas air. Biarkan mendidih, hingga sisanya segelas. Setelah dingin, saring dan minum.
By: nefothea dari berbagai sumber

06 Oktober 2008

Kata-kata mu tiara

By nefothea

Saudaraku...Selalu ada harapan di balik ujian & tantangan yang Anda hadapi. Maka segera tarik napas, tersenyum, bangkit, bergerak, berbuat & bersabar! Tuhan akan tunjukkan jalan-Nya. Dan kesuksesan dan kebahagiaan akan menjadi milik Anda! Jika Anda percaya, Anda akan dapat membuktikannya,

“Robbana aatinaa fid dunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa adzaabannar.
Ya Allah, ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jauhkan kami dari azab api neraka.”
(Do’a Sapu Jagat)

Orang yang sukses sebenarnya adalah lebih banyak gagal daripada orang yang tidak sukses, namun mereka yang sukses lebih banyak mencoba dan bangkit kembali daripada orang yang gagal. Allah SWT telah menjanjikan solusi dan kekayaan tanpa batas untuk Anda semua, maka raihlah dengan apa yang disenangi-Nya

“Gagasan besar membutuhkan sejumlah kekokohan keyakinan, kesabaran dalam menempuhnya, keberanian untuk mencapainya, kecerdasan dalam meraihnya, kesehatan untuk menggapainya,dan manajemen diri untuk mewujudkannya”

Dari : Indahnys berbisnis dengan Tuhan

Budidaya Belut ( Monopterus alba sp)

Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut
(Tulisan ini terinspirasi karena adanya sedikit diskusi mengenai belut dengan seorang Penyuluh THL-TB)
Oleh : Nefothea

a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh (shading net). Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam (tembok), seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.
b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.
c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
1. Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.
Untuk kolam tembok sebaiknya dilapisan jaring halus (untuk mempermudah Panen nantinya)
d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :
1. Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.
2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.
e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara alami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.
f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
g. Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.
h. Hama belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.
Media campuran
Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.
Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam.
Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.
Pakan hidup
Berdasarkan pengalaman, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.
Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi.
Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.
Hujan buatan
Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.
Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali.
Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal.
Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati.
Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.
Selamat mencoba.

Sumber : Dari berbagai bacaan dan pengalaman