27 Maret 2011

Persyaratan Membangun Gedung Walet

Setelah mendapat lokasi yang tepat, langkah selanjutnya adalah membangun gedung walet. Tentunya bangunan harus disesuaikan dengan kebutuhan walet agar walet mau hinggap, betah, dan berkembang biak di dalamnya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, faktor lokasi memegang perananan penting dalam mendirikan gedung walet. Jika lokasi bangunan yang di dirikan merupakan sentra walet, peluang untuk memikat walet akan semakin besar.
Beberapa elemen penting yang mendukung terciptanya habitat walet yang baik sebagai berikut:

1. Suhu

Menurut para konsultan walet, suhu paling ideal di dalam gedung walet berkisar 26 – 29 C. Suhu tersebut dapat tercipta apabila ketebalan dinding, atap, lebar ruangan, dan jumlah ventilasi yang ada tertata dengan baik. Penggunaan termometer sangat diperlukan, sehingga suhu udara dapat dipantau setiap saat.
2. Kelembapan

Kelembapan gedung walet juga harus memiliki kelembapan yang sesuai layaknya gua. Idealnya, kelembapan gedung walet berkisar 75-90%. Untuk mengukur kelembapan ruangan dapat digunakan hygrometer.
3. Pencahayaan

Walet adalah burung yang agak sensitif. Walet relatif memilih sarang yang relatif tersembunyi dan sebisa mungkin menghindari segala bentuk aktivitas manusia. Karena itu, gedung walet yang dibangun harus mampu meniru kondisi tersebut.

masalah dalam budidaya walet

Sarang burung walet adalah komoditas yang sangat berharga, oleh karena itu kemungkinan melakukan wawancara dengan petani atau pengusaha sarang burung walet agak sulit karena mereka tidak ingin memberikan informasi yang bisa membantu orang-orang lain yang ingin membuat gedung atau sudah mempunyai gedung sarang burung walet sehingga menyela penawaran dan permintaan. Disamping itu, infomasi seperti berapa kilogram yang dihasilkan dari sebuah gedung sarang walet adalah infomasi yang sangat sensitif sehingga tidak menutup kemungkinan menarik datangnya pencuri atau perampok gedung sarang burung walet. jadi banyak sekali informasi yang belum terkumpul secara maksimal sehingga masyarakat belum mengetahui teknik budidaya walet secara lengkap.

MENUKAR TELUR

dari sekian banyaknya teknik budidaya walet untuk memperoleh hasil yang maksimal, Salah satu cara yang dipakai oleh petani-petani sarang burung walet untuk meningkatkan hasil dan menjamin kualitas sarang yang dihasilkan adalah dengan menukar telur burung seriti dengan telur burung walet, karena harga sarang burung seriti jauh lebih rendah daripada harga sarang burung walet. Sehingga, sesudah burung walet tersebut menjadi burung dewasa, dia akan kembali ke rumahnya untuk bertelur dan bersarang. Oleh karena itu, rumah pertanian sarang burung walet itu akan menjadi rumah sarang burung walet. Tetapi salah satu kelemahan metode ini adalah tidak semua burung yang menetaskan telur di gedung ini kembali lagi untuk bersarang. Sebagian besar burung tersebut hilang sehingga proses ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengisi gedung dengan burung walet.

PENCURI

Pencuri sarang burung walet adalah ancaman utama dalam budidaya sarang burung walet. Oleh sebab itu, gedung-gedung walet yang besar harus memiliki penjaga dan pagar yang tinggi. Namun demikian terkadang pencuri nekat mengikat erat-erat penjaga kemudian mengelas pintu gedung walet sampai terbuka. Atau pencuri bisa juga masuk gedung lewat lubang keluar-masuk burung walet, jadi sebaiknya lubang tersebut tidak dibuat terlalu besar.

Biasanya pencuri sarang burung walet akan mencuri semua sarang di gedung walet, sehingga burung walet menjadi sangat tertekan dan menyebabkan burung walet pergi dari gedung itu untuk mencari lokasi lain yang lebih aman untuk bersarang. Karena itu, ancaman pencurian adalah masalah yang penting karena pencuri bukan hanya mengambil semua sarang-sarang yang berharga, tetapi juga kemungkinan semua burung walet akan pergi dan hilang sehingga pengusaha harus mulai dari nol lagi.

HAMA DI DALAM GEDUNG WALET

Selain pencuri, ada beberapa binatang yang sangat berbahaya bagi koloni burung walet. Serangga seperti kepinding, semut dan kecoa bisa masuk gedung dengan mudah dan memakan sarang burung walet sehingga harga sarangnya turun.

Cara yang sangat ampuh untuk membebaskan gedung walet dari serangga tersebut adalah dengan menggunakan racun bernama kapur ajaib. Racun ini harus ditempatkan di seluruh gedung terutama di tempat serangga bisa masuk gedung seperti lubang ventalasi. Racun tikus juga harus diletakkan di dalam gedung karena tikus sangat suka memakan sarang burung walet, sehingga menyebabkan burung walet menjadi stress dan mencari tempat lain yang lebih aman untuk bersarang. Racun tikus juga efektif untuk tokek karena tokek juga suka memakan sarang burung walet, terutama telur walet. Ini juga membuat burung walet stress dan menyebabkan burung pergi dari gedung.

Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang keluar-masuk burung walet sehingga hama-hama tersebut tidak bisa masuk. pecahan kaca juga termasuk mencegah Kelelawar dan burung hantu di dalam gedung walet sangat mengganggu kenyamanan burung walet sehingga menyebabkan walet menjadi takut dan kemudian pergi dari gedung itu.

Metode yang sangat efektif untuk menghentikan hama masuk gedung walet adalah dengan membuat kolam di seluruh fundamen. Serangga-serangga, tokek dan tikus tidak suka masuk air sehingga kolam di seluruh gedung akan menghalangi hama tersebut untuk memasuki gedung.

Hama walet adalah faktor yang sangat penting dalam budidaya sarang burung walet dan para pemilik gedung walet harus mengetahui cara-cara mengendalikan hama walet tersebut. Dalam melakukan budidaya sarang burung walet dan membangun gedung sarang burung walet. disamping desain gedung, ketinggian gedung, suhu dan kelembaban, membuat sirip diatap gedung dan lain lain

Sumber : http://awi-club.blogspot.com/

Memulai budidaya walet

Hal pertama dalam menjalani usaha budidaya walet adalah memilih lokasi yang tepat. Dengan memilih lokasi dan kawasan yang memiliki prospek ke depan yang lebih bagus, maka penangkaran walet jangka panjang dapat menjadi lebih aman dan dapat memberikan pendapatan tetap yang berkepanjangan. menentukan Lokasi yang bagus untuk penangkaran walet bukan sekedar dilihat dari populasi burung walet yang besar. *
Populasi banyak tapi miskin dengan koloni burung-burung walet yang muda, akan membuat kita frustrasi dalam memancing walet. hal ini biasanya disebabkan oleh pemanenan sarang yang tidak di barengi dengan regenerasi walet atau biasa disebut dengan istilah panen rampasan.
*Populasi besar tapi di tempat yang kompetitornya banyak juga akan menguras energi, waktu dan modal yang lebih besar dalam mencapai keberhasilan.
*Populasi banyak namun berada di kawasan yang mudah mengalami proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (pemanasan global atau Global Warming) akan menyebabkan burung-burung walet relatif lebih cepat bermigrasi ke tempat yang lebih sesuai dengan habitatnya.

sarang2

*Kawasan yang memiliki ekosistem yang sesuai dengan habitat walet dan terjaga keseimbangannya adalah hal yang sangat perlu untuk dipertimbangkan. Bahwa dengan extra feeding treatment memang bisa dilakukan untuk kawasan yang mulai menipis sumber pakannya namun merupakan pekerjaan tambahan yang perlu dipikirkan matang-matang. Hal ini bukan perkara mudah karena membutuhkan perhatian dan pekerjaan ekstra yang harus ditekuni.
*Selain itu perlu dipikirkan pula, berapa persen dari jumlah serangga hidup hasil dari serangga ternakan yang bisa dimakan oleh walet dan berapa persen sisanya yang terbuang dan menjadi hama nantinya di lingkungan sekitar rumah walet. Dibutuhkan teknik yang benar-benar tepat dan aman untuk melakukan extra feeding treatment dengan menernak serangga.
*Jika memungkinkan, menghindari daerah "perang suara" adalah pilihan yang lebih baik. Menangkarkan walet di daerah perang suara, harus berbekal banyak pengetahuan tentang ilmu menangkarkan walet terutama hal-hal yang berkaitan dengan suara walet. Tidak cukup hanya mempunyai lagu suara walet yang efektif saja, teknik tata suara pun menjadi modal besar yang harus dimiliki untuk perang strategi dalam perebutan menarik burung-burung walet muda. Dukungan dari tata ruang yang unik serta kestabilan iklim mikro rumah walet juga sangat mempengaruhi keberhasilan merumahkan walet.

Hal-hal tersebut di atas adalah bagian dari langkah-langkah awal yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan, agar dikemudian hari tidak menyulitkan dan menyusahkan kita dalam menangkarkan walet. karena selain modal kita juga akan terkuras tenaga dan waktu hanya untuk sebuah harapan yang belum tentu akan memuaskan apa yang kita inginkan.
Merancang rumah walet.

Bentuk rumah walet dewasa ini memiliki beragam model dan desain disebabkan oleh pengaruh dari teknik-teknik pengelolaan yang makin modern dalam mengembangkan kemajuan budidaya walet. Secara garis besar, pembagian rumah walet berdasarkan antara lain pada:

* Ukuran luas bangunan rumah walet.
* Model polos atau sekat-sekatan.
* Rumah satu tingkat atau lebih.

Elemen pokok yang terdapat dalam rumah walet antara lain terdiri dari:

* Lubang pintu masuk orang.
* Lubang masuk burung (LMB).
* Lubang antar lantai (LAL) atau Void.
* Lubang antar ruang (LAR).
* Lubang inlet dan outlet udara atau Air Ventilation (AV).

Elemen pendukung yang terdapat dalam rumah walet antara lain:

* Sekat dinding untuk membagi ruang per ruang.
* Lagur atau sirip tempat walet membuat sarang.
* Bak penampung air (kolam air) atau mesin pengabut.
* Sound system.
* Sarang imitasi.
* Fan
* Mechanical & Electrical (ME).

Pembagian ruangan-ruangan di dalam rumah walet antara lain:

* Adaptation Room (AR)
* Roving Room (RR).
* Nesting Room (NR).
* Equipments Room (ER).
* Extra feeding production room (EFR).

Pada prinsipnya, rumah walet dibangun dengan tujuan agar walet mau masuk kemudian menginap dan betah untuk tinggal sehingga pada akhirnya membuat sarang seperti yang diharapkan dan dapat berkembag biak. Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan perencanaan awal yang matang. Idealnya adalah menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan desain rumah walet yang baik. Bukan sebaliknya, desain rumah walet disesuaikan dengan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang seadanya.

Memaksakan berdirinya sebuah bangunan rumah walet yang seadanya bisa berakibat terjadinya bongkar pasang yang pada akhirnya menjadi suatu pemborosan.
Tidak ada ukuran standar luas bangunan rumah walet maupun model desainnya. Namun meski demikian, prinsip dasar dalam menentukan ukuran luas minimal rumah walet tidak boleh diabaikan. Prinsip dasar ini berdasarkan pada kemudahan-kemudahan yang diperlukan oleh burung walet untuk melakukan manuver terbangnya. Baik secara horizontal maupun kecenderungan terbang secara vertical.

Memberikan kemudahan pada walet untuk melakukan manuver terbangnya bukan berarti harus membuat ruangan selapang-lapangnya. Ruangan yang berukuran relatif besar bisa berakibat burung baru akan sering berpindah-pindah tempat. Walet akan lebih lama menemukan tempat yang cocok untuk membuat sarang. Dan bisa menjadi fragile karena burung akan terpisah-pisah satu sama lain.

Adaptation Room (AR) adalah suatu ruangan yang berfungsi sebagai living adjustment sebelum walet berani melakukan eksplorasi lebih ke dalam dan dapat mencegah walet cepat keluar "tanpa merasa dijebak". Sebagai ruang perantara atau ruang transisi, maka sifatnya adalah optional. Jika memungkinkan, maka boleh dibuat.

Roving Room (RR) adalah ruang yang pertama kali dijelajahi oleh walet setelah melewati LMB. Sebenarnya tidak ada faktor signifikan yang membedakan antara Roving Room dengan Nesting Room, kecuali bila pada RR tersebut tidak diberikan sarana pendukung seperti pada NR. Dan memberikan perlakuan yang berbeda di antara keduanya, menurut pandangan saya itu adalah sebuah kekeliruan. Hal ini bisa dilihat pada contoh bentuk desain rumah walet minimalis, dimana RR dan NR menjadi satu dan tidak memiliki lubang antar lantai (LAL). Apabila terjadi pengembangan luas bangunan rumah walet akibat populasi yang mulai padat, apakah perlakuan terhadap ruangan tersebut akan berubah dan berbeda (karena berubah nama menjadi RR) dengan ruangan yang baru dibangun (NR)?

Lantas kenapa pada rumah walet yang sudah mempunyai ruangan RR dan NR yang terpisah sejak awal tidak diperlakukan hal yang sama di antara keduanya?
Karena kebanyakan orang menganggap bahwa RR adalah tempat numpang lewat walet menuju NR.

Nesting Room (NR) boleh dibilang sebagai tempat tujuan akhir setelah walet melakukan eksplorasi terhadap rumah walet. Oleh sebab inilah, maka NR mendapatkan porsi lebih dalam perlakuannya. Segala cara diupayakan di ruangan ini agar walet mau tinggal dan menginap selamanya serta mau membuat sarang seperti yang diharapkan semua penangkar walet. Di ruangan ini pula segala aplikasi yang diterapkan diamati dengan seksama. Mulai dari pola nesting plank dan bahan material yang dipakainya, suara walet yang dibunyikan, sampai dengan perubahan iklim mikro yang terjadi di dalamnya.
Equipments Room (ER) adalah ruang yang digunakan untuk menyimpan segala peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan rumah walet, seperti; peralatan untuk panen sarang walet, sound system, dan alat-alat lainnya agar tidak mudah rusak karena pengaruh kelembaban yang tinggi.

Extra feeding production room (EFR) dipersiapkan bila ada rencana untuk memproduksi sendiri serangga yang diternak sebagai makanan tambahan bila memasuki musim kemarau.

Lubang masuk burung (LMB) adalah termasuk elemen yang terpenting dari rumah walet. Merencanakan ukuran dan posisi peletakan LMB tergantung pada lokasi dan desain rumah walet itu sendiri. Seperti pada lokasi yang bebas dari predator pemangsa walet (seperti burung hantu) bisa dibuat dengan ukuran yang relatif lebih besar.

Untuk mengetahui posisi peletakan LMB yang paling baik, bisa dibuatkan LMB pada tiap-tiap sisi dindingnya lebih dahulu. Setelah mengetahui posisi LMB yang paling efektif dimasuki burung walet, maka lubang-lubang lainnya dapat ditutup kembali.
Apabila terdapat lebih dari satu LMB yang sama-sama efektif, maka perlu disesuaikan kembali desain tata ruangnya agar tidak terjadi "kebocoran". Kebocoran yang dimaksud di sini adalah burung yang masuk dari LMB yang satu, tidak cepat keluar lagi lewat LMB yang lain. Jika penyesuaian desain tata ruang tidak memungkinkan, maka sebaiknya dipilih satu saja LMB yang terbaik.

Lubang antar lantai (LAL) adalah bagian dari salah satu elemen rumah walet yang menghubungkan ruang pada lantai yang satu dengan ruang pada lantai yang lainnya. pada rumah walet bertingkat, ukuran dan posisinya ditentukan oleh ukuran ruangan tersebut dan ketinggian plafondnya.

Dibandingkan dengan LMB, maka LAL mempunyai kelemahan bila dilihat dari sisi kemudahan walet melakukan manuver terbangnya. Tanpa elemen pendukung, maka walet-walet baru yang melakukan eksplorasi di tempat tersebut akan relatif lama beradaptasinya. Penggunaan suara walet dan pemasangan tweeter yang tepat adalah elemen pendukung yang paling tepat untuk menuntun walet-walet baru tersebut menyusuri dan melewati LAL.

Lubang antar ruang (LAR) adalah bagian yang lain dari elemen rumah walet yang menghubungkan ruang yang satu dengan ruang yang lainnya pada satu lantai yang sama. LAR bisa dibuat relatif lebih kecil (baca: sempit) ukurannya daripada LAL karena cara manuver terbangnya yang sama seperti ketika memasuki LMB.

Lubang inlet dan outlet udara atau Air Ventilation (AV) adalah lubang-lubang kecil yang dibuat pada dinding untuk keperluan mengatur keseimbangan kondisi suhu dan kelembaban di dalam rumah walet agar sesuai dengan habitat walet. Fungsi lain dari Lubang ventilasi adalah dapat menciptakan pola aliran udara sedemikian rupa di dalam rumah walet, sehingga dapat membantu mengarahkan burung masuk lebih ke dalam. Oleh karena itu jumlah lubang udara (AV) sangat relatif, tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan desain rumah waletnya.

Sekat dinding dibutuhkan pada rumah walet yang berukuran cukup besar sebagai pembatas/pemisah ruangan. Sekat-sekat ini bukan hanya sekedar untuk membagi ruang per ruang, tetapi juga berfungsi untuk menstabilkan suhu dan kelembaban di dalam rumah walet, mencegah terjadinya cross ventilation, mengurangi intensitas cahaya yang masuk, meredam polusi suara dari luar rumah walet, mempermudah burung menghapal tempat sarangnya, dan lain sebagainya.

Lagur atau sirip merupakan sarana tempat walet membuat sarang. Penataan polanya mengikuti tata ruang rumah walet yang ada. Lagur ini bisa dibuat dari beberapa bahan material, seperti; kayu, beton cor, aluminium, dan lain sebagainya. Lebarnya mulai dari 12cm hingga 20cm. Jarak antar lagurnya pun bervariasi, mulai dari 20cm hingga 50cm.
Pola pemasangan nesting plank sangat beragam, namun yang paling umum dipakai peternak walet adalah model kotak-kotak (kotak tahu) dan model garis-garis sejajar. Ada juga pola model piramid terbalik atau model susun anak tangga terbalik.

Apapun bahan material dan bentuk modelnya, nesting plank harus memiliki sifat yang kokoh, kasar permukaannya dan tahan lama. Untuk mempercepat dan mempermudah burung-burung muda belajar membuat sarang untuk pertama kalinya, maka sebaiknya diberikan sarana tambahan pada nesting plank tersebut berupa sarang buatan (imitasi) atau potongan dari styrofoam atau apapun yang dapat menjadi dudukan pondasi awal sarang walet. Bisa juga dibuatkan alur (groove) pada nesting plank tersebut. Treatment pada nesting plank akan menentukan berhasil tidaknya pengembangan populasi di kemudian hari.

Bak penampung air (kolam air) atau mesin pengabut sangat membantu untuk menaikkan kadar air di udara pada rumah walet di kawasan beriklim panas. Kelembaban (RH) yang mencapai kestabilan ideal sangat mempengaruhi walet dalam membuat sarangnya. Terlalu kering atau terlalu lembab akan menyulitkan walet membuat sarang. Selain itu juga akan berakibat menurunkan grade sarang.

Sound system saat ini sudah menjadi jantung dalam budidaya walet. Bahkan boleh dibilang, tanpa ada sound system di rumah walet maka bukanlan sebuah rumah walet. Demikian penting perannya, sehingga elemen pendukung yang satu ini banyak mendapatkan porsi perhatian yang paling besar, sehingga kemajuan perkembangannya dalam teknik dan aplikasinya sangat pesat. Mulai dari yang konvensional sampai yang modern. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Maka bila kita berbicara soal sound system dan suara walet, tentunya akan menyita waktu yang sangat panjang dan seolah-olah tidak ada habisnya.

penggunaan sound system dalam dunia perwaletan masih dengan sistem suara mono. Maksudnya, lagu suara walet yang digunakan untuk suara panggil (suara luar) sama jenis lagu suaranya dengan suara untuk di dalam rumah walet (suara inap). Kemudian maju setahap lebih maju, yaitu lagu suara walet untuk memanggil walet berbeda dengan lagu suara walet untuk membuat walet mau menginap. Perkembangan berikutnya adalah, lagu suara panggil memakai dua lagu suara walet yang berbeda, begitu juga untuk suara inap memakai sedikitnya dua macam lagu suara walet. Dan belakangan ini, teknik tata suara walet sudah memanfaatkan teknik surround. Aplikasi teknik surround dalam dunia perwaletan berbeda dengan aplikasi teknik surround seperti dalam home theater. Dalam dunia walet, tidak dibatasi oleh sistem 5.1 atau 7.1, tetapi bisa mencapai belasan bahkan puluhan tweeter. Tergantung kesanggupan sang composer dalam membuat lagunya. Hal ini memang masih baru dan belum lazim diterapkan dalam dunia budidaya walet.
Dibandingkan dengan sistem tata suara walet yang sederhana, tentu saja sistem tata suara walet dengan menggunakan teknologi surround akan memiliki selisih yang jauh dalam hal besarnya biaya. Tingkat kesulitan dalam pembuatannya pun juga jauh lebih rumit. Sebandingkah efektifitas yang dihasilkannya? Hal ini pun belum pernah dipublikasikan. Bagi penangkar walet yang merasa "sudah puas" dengan apa yang ada, tentu teknik tata suara walet seperti ini tidak akan diminati.

sumber : http://awi-club.blogspot.com/

Agar walet cepat bikin sarang.

Salah satu cara agar gedung walet cepat terisi, yaitu dengan memodifikasi papan sirip. Caranya, melapisi papan sirip dengan alumunium. Bukan lembaran alumunium licin yang bagian tengahnya digaris-garis, melainkan alumunium berlubang yang biasa dipakai untuk antena parabola. Secara mudah disebut ram parabola. Alumunium ini bisa dibeli di toko bangunan. Dengan melapis ( sebagian) papan sirip dengan alumunium ini, dalam waktu cepat walet akan membuat sarang. Alasan menggunakan alumunium parabola, agar walet mudah hinggap. Ini disebabkan terdapatnya lubang-lubang kecil di alumunium itu. Selain itu, sifat alumunium yang dingin membuat walet betah menempel. Pengunaan alumunium ini, untuk solusi papan sirip yang keras atau licin. Juga untuk membungkus balok cor. Tidak harus semua papan sirip dilapis alumunium, cukup sebagian saja.

Dari pengamatan saya, walet memang lebih senang hinggap di alumunium tersebut. Ini disebabkan mudahnya walet menempel. Kaki walet yang kecil akan dengan enaknya mencengkeram lubang alumunium itu, bagai pemanjat tebing yang menemukan celah untuk pijakan kaki dan cengkeraman jari sehingga terasa ringan menopang tubuhnya. Tentu fasilitas ini sangat dibutuhkan oleh walet yang masih usia muda. Kondisi dingin alumunium menambah betah walet menempel berjam-jam di awal adaptasi. Maka tidak lama kemudian, akan terlihat goretan-goretan lembut tipis putih liur walet membikin fondasi sarang sebagai tanda dimulainya pembangunan sarang.

Namun ada beberapa catatan penting yang perlu diketahui, bahwa kondisi gedung tidak boleh kering. Jika kelembapan rendah, maka sarang walet yang menempel di alumunium itu tidak sempurna bentuknya, bahkan mudah terkelupas.
Selain beberapa keuntungan, ada juga problemnya, yaitu alumunium tersebut ternyata “kalah kuat” untuk melawan liur walet. Saya tidak tahu mengapa air liur walet bisa mengalahkan alumunium. Waktu saya angkat sarang, alumunium yang semula utuh, jadi berlubang. Lalu setelah saya amati, ternyata potongan alumunium ada di dalam sarang. Besoknya saya mengganti dengan lembaran alumunium baru. Tidak lama kemudian walet membikin sarangnya kembali di tempat semula.

Apakah penggunaan alumunium parabola itu untuk selamanya? Tentu tidak. Setelah populasi mulai berkembang, alumunium parabola tidak perlu dipasang lagi. Menurut saya, penggunaan alumunium itu sifatnya untuk sementara, yakni di awal proses pemancingan, yaitu di tahun pertama saja. Namun jika papan sirip licin, penggunaan alumium ini tentu sangat menguntungkan untuk seterusnya. Walet sebenarnya suka di alumunium karena terasa dingin.

sumber : http://awi-club.blogspot.com/